Artis Psk – Baru-baru ini, warganet dihebohkan dengan kabar bahwa ada artis wanita berkelahiran Indonesia yang diduga melakukan tindak pidana pencucian uang (TPPU) sebesar Rp 4,4 triliun.

Kabar tersebut pertamakali diumumkan oleh Iskandar Sitorus, selaku Sekretaris Pendiri Indonesian Audit Watch (IAW).

Iskandar Sitorus mengatakan, pihak IAW telah berhasil menemukan satu perusahaan milik pemerintah provinsi yang mengalirkan dana komisi lebih besar dibandingkan dengan laba selama periode 2018-2022.

Iskandar Sitorus mengaku bahwa adanya dugaan pencucian tersebut dilakukan oleh beberapa pejabat negara dan bekerjasama dengan para artis termasuk selebritis wanita yang bernisial P.

 

Temukan Permasalahan

Iskandar Sitorus, selaku Sekretaris Pendiri Indonesian Audit Watch (IAW) mengatakan, pihaknya meyakini bahwa ada perusahaan yang kepemilikan sahamnya 100 persen milik Indonesia dan dinilai bermasalah karena membayar komisi lebih dari keuntungan yang ada.

“Kami dari Indonesian Audit Watch mendapat data, ada satu perusahaan yang sahamnya seratus persen milik pemerintah provinsi kemudian bank-bank daerah yang ada di Indonesia, mengalirkan dana yang bernama biaya komisi,” ujar Iskandar Sitorus.

“Pembayaran komisi ini diterima, menurut catatan di perusahaan tersebut, untuk para Gubernur pada 2018-2022, saham terbesar itu milik Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat, menyusul DKI Jakarta,” sambungnya.

Iskandar Sitorus mengklaim bahwa perusahaan tersebut telah bermasalah sejak 5 tahun lalu.

“Uniknya, perusahaan ini untungnya, contoh Rp100 miliar, tetapi komisi yang diberikan kepada pihak pemerintah daerah itu rata-rata Rp700 miliar. Jadi setelah akumulasi selama lima tahun, kami menemukan angka Rp4,405 triliun yang diberikan sebagai biaya komisi,” ujar Iskandar Sitorus.

“Kami yakini perusahaan ini menjadi bermasalah ketika memberikan biaya komisi yang luar biasa besar ketimbang laba perusahaan itu,” sambungnya.

 

Berkedok Endorsement

Iskandar Sitorus menjelaskan, setelah dilakukan pemeriksaan ternyata komisi yang besar tersebut diberika kepada artis wanita yang bernisial P.

Iskandar Sitorus mengaku bahwa komisi tersebut diberikan karena adanya perjanjian kerjasama atau endorsement.

“Lalu kalau kita lihat bisnis-bisnis sekarang ini, seperti bisnis endorsement, itu rata-rata mereka diberikan salary Rp500 juta sampai Rp1 miliar per bulan. Nah kami mengharapkan, publik agar hati-hati terhadap bisnis-bisnis yang luar biasa irasional, hal-hal yang diberikan sebagai jasa kepada public figure Indonesia,” tegass Iskandar Sitorus.

“Kami berharap agar public figure tak terjebak pada membantu para pelaku kejahatan untuk mencuci uangnya menjadi putih. Contoh kami harapkan agar mbak P, inisial P, tidak lagi meneruskan pola-pola demikian supaya tidak sukses orang-orang jahat ini mencuci uang hitamnya menjadi putih. Harapan kami demikian,” sambungnya.

Bekerjasama Dengan Beberapa Artis

Iskandar Sitorus mengatakan, bukan hanya artis bernisial P saja, tetapi masih ada beberapa artis lain yang ikut dalam kasus dugaan pencucian uang tersebut.

“Kami berharap agar nama ini tidak bertambah. Tapi, melihat jumlahnya, kecenderungan mereka menggunakan pola meng-endorse hal-hal yang buruk supaya terlihat menjadi baik di tengah-tengah publik, ini tentu sangat banyak,” ujar Iskandar Sitorus.

“Kami yakin bukan hanya artis atau selebritis berinsial P. Kami berharap agar jumlahnya tidak bertambah. Tapi kami sangat yakin 4,405 triliun bukanlah uang yang sedikit,” sambungnya.

Iskandar Sitorus meyakini bahwa ada beberapa artis yang melakukan pencucian uang ini dan dialokasikan dengan cara berjualan skincare.

“Bukan yang cuma satu bisnis, karena di beberapa daerah bertumbuhan skincare-skincare yang kami duga bagian dari uang ini,” tutup Iskandar Sitorus.